BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Kondisi
pengajaran bahasa Arab di Madrasah yang banyak menghadapi kendala dan hambatan.
Siswa menganggap bahasa Arab sebagai momok, selain itu pengajaran bahasa Arab
yang monoton dan kurang bervariasi membuat siswa kurang tertarik dan kurang
berminat dalam mempelajari bahasa Arab.
Menurut
hasil dari beberapa penelitian hal ini di sebabkan Karena (1) sebagian besar
guru (87,5%) tidak mempunyai kualifikasi sebagai guru bahasa Arab yang
profesional, meskipun sebagian besar (62,5%) guru bahasa Arab adalah Sarjana,
tetapi terbatas satu guru yang berlatar belakang pendidikan formal bahasa Arab,
kebanyakan dari mereka (62,5%) tidak pernah mengikuti kegiatan pelatihan,
penataran, atau seminar yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Arab, tetapi
sebagian besar guru (87,5%) berlatarbelakang pendidikan di pondok pesantren
dengan pendidikan paling lama lebih dari lima tahun. (2) bahan ajar yang
digunakan oleh kebanyakan guru (62,5%), adalah buku Mengenal Bahasa Arab yang
dikarang oleh Tim Guru Madrasah penerbit PT. Putratama Bintang Timur tahun
2004. (3) strategi pembelajaran yang digunakan bermacam-macam dan dalam proses
belajar mengajar guru menggunakan metode terjemah dan membaca, metode mengajar
kemahiran berbahasa belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip yang
seharusnya, selain itu guru juga mengajarkan qawaid, dan sebagian besar
guru (75%) menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar, (4) media
pembelajaran yang banyak digunakan dan dimiliki oleh Madrasah berupa gambar dan
benda asli dengan frekuensi penggunaan yang jarang-jarang, namun guru juga
mengalami kendala karena tidak adanya dana dari sekolah untuk untuk mengikuti
pelatihan, penataran, atau seminar
kebahasaaraban.
2. Tujuan penulisan
Setelah
Membaca makalah ini diharapkan , (1) hendaknya dalam penerimaan guru bahasa
Arab, kepala sekolah memprioritaskan calon guru yang berlatarbelakang
pendidikan bahasa Arab dengan ijasah minimal S1, (2) hendaknya kepala madrasah
mengirimkan guru-guru bahasa Arab untuk mengikuti pelatihan, penataran, atau
seminar kebahasaaraban guna meningkatkan kualitas guru, (3) penilik sekolah
hendaknya mengadakan pelatihan, penataran, atau seminar tentang kebahasaaraban
dan pengajarannya, atau kepala madrasah mengadakan pelatihan atau penataran
sendiri dengan cara bekerja sama dengan instansi/lembaga yang berkaitan dengan
pendidikan bahasa Arab.
BAB II
Pembahasan
Pentingnya Belajar Bahasa Arab Di Madrasah
A. Urgensi Menguasai
Bahasa Arab
Belajar
bahasa Arab memang sebuah keharusan yang layak dikuasai oleh umat Islam. Sebab
sejak awal mula diturunkan ajaran Islam sampai hari ini, bahasa yang digunakan
adalah bahasa arab, jadi belajar bahasa arab mesti dari sejak dini untuk itu
alangkah lebih baik kita umat muslim menyekolahkan anak kita di madrasah. Al-Quran
sebagai kitab suci abadi yang menghapus semua kitab suci yang pernah ada,
diturunkan dalam bahasa Arab. Rasulullah SAW sebagai nabi akhir zaman yang
risalahnya berlaku untuk seluruh manusia di muka bumi sampai akhir zaman, juga
berbahasa arab, tanpa pernah diriwayatkan mampu berbahasa selain arab. Hadits-hadits
nabawi diriwayatkan secara berantai hingga sampai kepada kita melewati masa
berabad-abad, juga tertulis dalam bahasa Arab. Bahkan semua kitab yang
menjelaskan materi Al-Quran, As-Sunnah serta syariah Islamiyah hasil karya para
ulama muslim sedunia sepanjang masa, juga kita warisi dalam bahasa Arab.
Ketika dakwah
Islam memasuki pusat-pusat peradaban dunia dan membangun kejayaannya
nangemilang, bahasa yang digunakan juga bahasa Arab. Kala itu bahasa Arab
selain resmi menjadi bahasa pemerintahan, juga menjadi bahasa dunia pendidikan,
bahasa ilmu pengetahuan serta bahasa rakyat sehari-hari. Padahal negeri-negeri
yang dimasuki Islam itu tadinya bukan negeri Arab. Bahkan ketika Islam masuk ke
Mesir dan para penguasa dan rakyatnya masuk Islam, mereka tidak hanya sekedar memeluk
Islam sebagai agama, tetapi mereka belajar bahasa Arab, berbicara dengan bahasa
Arab dan melupakan bahasa asli peninggalan nenek moyang mereka. Hanya dalam
tempo beberapa tahun saja, tidak satu pun bangsa Mesir yang paham bahasa asli
mereka. Semua berbicara dengan bahasa Arab, bahkan hingga hari ini. Padahal
Mesir itu bukan negeri Arab dan tidak terletak di jazirah Arab. Mesir terletak
di benua Afrika, namun rakyat Mesir keseluruhannya berbicara dalam satu bahasa,
yaitu bahasa Arab. Bila kita amati secara seksama, memang ada kecenderungan
bahwa di mana ada masuknya dakwah Islam ke suatu negeri hingga mampu mambangun
peradaban besar, pastilah negeri itu berubah bahasanya menjadi bahasa Arab.
Bahkan bahasa resmi negara sekaligus bahasa rakyat jelata. Sebaliknya,
negeri-negeri yang kurang sempurna proses Islamisasinya, bisa dengan mudah
dikenali dari tidak adanya rakyat yang menggunakan bahasa Arab. Paling jauh
hanya sekedar serapan-serapan bahasa saja, seperti bangsa kita ini. Bahasa
Indonesia (termasuk Melayu) menyerap sangat banyak bahasa Arab ke dalam
perbendaharaannya. Begitu banyak kata yang sumbernya dari bahasa Arab, bahkan
bisa dikatakan bahwa unsur serapan dari bahasa arab termasuk paling dominan
dalam bahasa Indonesia .
Namun sayangnya, bangsa ini tidak sempat mampu berbahasa Arab dalam
kesehariannya. Apalagi ditambah dengan penjajahan selama ratusan tahun, dimana
para penjajah itu memang paham betul bahwa salah satu kekuatan agama Islam
adalah pada bahasa Arabnya.
Bila suatu
umat muslimin di muka bumi ini tidak bisa bahasa Arab, artinya mereka pasti
tidak paham tiap ayat Al-Quran, tidak paham hadits nabi, tidak mengerti apa
yang mereka baca dalam zikir, shalat dan doa. Tidak mengerti syariah Islam dan
ajaran-ajarannya secara mendetail. Kecuali bila diterjemahkan terlebih dahulu
dan dijelaskan satu persatu oleh kiayinya. Dan metode penerjemahan begini tentu
saja sangat terbatas keberhasilannya, terlalu lemah dan justru sangat
menghambat. Karena itu, keinginan anda untuk belajar bahasa Arab dan menguasainya
adalah sebuah keinginan yang teramat mulia, sehingga perlu didukung penuh.
Jangan sampai keinginan itu berhenti hanya karena alasan teknis semata.
B. Empat Dimensi
Penguasaan Bahasa Arab
Menguasai bahasa Arab itu
minimal harus menguasai empat sisi.
1.
Fahmul Masmu'
Maksudnya kita harus mampu memahami apa yang kita dengar. Jadi kalau ada orang Arab membacakan berita di TV atau sedang berdialog, kita mampu mengerti.
Maksudnya kita harus mampu memahami apa yang kita dengar. Jadi kalau ada orang Arab membacakan berita di TV atau sedang berdialog, kita mampu mengerti.
2.
Fahmul Maqru'
Maksudnya kita harus mampu memahami teks yang kita baca. Sehingga buku, kitab, majalah, koran atau teks apapun yang tertulis dalam bahasa Arab, mampu kita pahami.
Maksudnya kita harus mampu memahami teks yang kita baca. Sehingga buku, kitab, majalah, koran atau teks apapun yang tertulis dalam bahasa Arab, mampu kita pahami.
3.
Ta'bir Syafahi
Maksudnya kitamampu menyampaikan isi pikiran kita dalam bahasa Arab secara lisan, dimana orang Arab mampu memahami apa yang kita ucapkan.
Maksudnya kitamampu menyampaikan isi pikiran kita dalam bahasa Arab secara lisan, dimana orang Arab mampu memahami apa yang kita ucapkan.
4. Ta'bir Tahriri
Maksudnya kita mampu menyampaikan pikiran kita kepada orang Arab dengan bentuk tulisan, dimana orang Arab bisa dengan mudah memahami maksud kita.
Maksudnya kita mampu menyampaikan pikiran kita kepada orang Arab dengan bentuk tulisan, dimana orang Arab bisa dengan mudah memahami maksud kita.
C. Problematika Belajar
Bahasa Arab
Sebelum anda
menentukan pilihan pada lembaga mana anda akan percayakan program belajar
bahasa arab anda, sebaiknya anda juga belajar dari beberapa pengalaman mereka
yang pernah melakukannya sebelumnya. Juga tidak ada salahnya kalau anda juga
mendengarkan pengalaman mereka, baik telah sukses maupun yang gagal. Kenyataannya
memang harus diakui bahwa tekad kuat untuk belajar bahasa Arab, terutama buat
kalangan muda muslim yang tidak pernah mengecap pendidikan pesantren berbahasa
Arab, seringkali kandas di tengah jalan.
Di Jakarta
pernah berdiri puluhan ma'had dan lembaga kursus yang mengajarkan bahasa Arab.
Sayangnya, kebanyakan keberhasilannya berjalan terseok-seok, kalau tidak mau
dikatakan gagal total. Umumya kurang berhasil dalam mengantarkan para siswanya
untuk menjadi orang yang mahir bahasa Arab. Biasanya, alasan paling klasik
adalah lamanya masa belajar dan rasa bosan yang dengan cepat menghantui para
pelajar. Apalagi ditambah dengan padatnya aktiftitas peserta di luar jam kurus,
sehingga biasanya lembaga kursus itu menyelenggarakan pengajaran bahasa dengan
cara non-intensif. Kursus diselenggarakan seminggu sekali, atau seminggu dua
kali. Sekali pertemuan hanya 2 atau 3 jam saja. Dilihat dari sisi
keintensifannya saja, sudah terbayang kegagalannya. Semua itu kemudian
dipeRprah kualitas pengajar yang umumnya juga orang Indonesia, di mana secara
teori mungkin menguasai dasar-dasar gramatika bahasa Arab, tetapi secara dzauq
(taste), kemampuan mereka amat terbatas. Banyak sekali para pengajar yang mampu
berbicara dalam bahasa Arab, namun dengan ta'bir (cara pengungkapan) yang
bukan digunakan oleh orang Arab. Sehingga orang Arab sendiri pun kalau
mendengarnya agak berkerut-kerut dahinya sampai 10 lipatan. Masalah kurikulum
pengajaran pun seringkali malah menjadi faktor penghalang besar. Yaitu ketika
para peserta dijejali dengan berbagai macam aturan, rumus, kaidah dan tetek
bengeknya, tapi kurang praktek langsung. Bisa jadi secara teori mereka sangat
paham, tapi giliran harus menggunakan bahasa itu baik secara lisan, tulisan
atau pendengaran, semua jadi berantakan alias gagal total. Kasusnya mirip
dengan orang yang belajar berenang secara teoritis, menguasai aturan gaya
bebas, gaya kupu-kupu, gaya katak dan lainnya. Tapi giliran masuk kolam,
tenggelam dan tidak timbul-timbul lagi. Sungguh menyedihkan memang.
D. Bahasa adalah Aplikasi
Tempat
belajar suatu bahasa yang paling baik bukan di dalam sebuah lembaga kursus,
juga bukan di dalam sebuah kelas. Tempat belajar yang paling baik adalah di
tempat dimana semua orang berbicara dan berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Kalau
anda ingin pandai bahasa Jawa, sebaiknya anda tinggal selama beberapa tahun di
Jogjakarta atau di Solo. Terutama di pedesaan dimana masyarakat dengan setia
menggunakan bahasa Jawa. Di sana anda bukan hanya belajar kosa kata jawa,
tetapi juga mendengar, melihat, memperhatikan, menirukan, serta beradaptasi
secara langsung dengan cara komunikasi orang jawa. Sebab bahasa itu bukan
sekedar kosa kata, tetapi termasuk juga tutur bahasa, cara mengungkapkan, cara
melafalkan, bahkan termasuk bahasa tubuh, mimik dan intonasi. Dan semua bermula
dari mendengar setiap saat ucapan. Pagi, siang, sore dan malam hari yang anda
dengar hanya percakapan orang-orang dalam bahasa Jawa. Ini adalah cara belajar
bahasa yang paling alami, paling mudah dan paling berhasil. Cara ini telah melahirkan
jutaan anak-anak berusia 1 tahun hingga 5 tahun yang mahir berbahasa Jawa.
Jangan kaget, kalau di Jogja dan Solo, rata-rata anak kecil mahir berbahasa
Jawa (?) Dan jangan kaget juga kalau di Mesir dan negeri Timur Tengah lainnya,
anak-anak mahir berbahasa Arab. Kalau anak kecil saja mahir berbahasa Arab,
mengapa anda yang sudah dewasa tidak bisa bahasa Arab?
Kesimpulannya
adalah bahwa belajar bahasa itu membutuhkan sebuah komunitas orang-orang yang
berkomunikasi dengan bahasa itu. Dimana kita ada di dalamnya dan ikut
berinteraksi secara aktif. Lembaga kursus bahasa Arab yang paling canggih
sekalipun, kalau tidak mampu menghadirkan sebuah komunitas berbahasa arab,
adalah lembaga yang tidak akan mampu melahirkan lulusan yang mahir berbahasa
arab.
E. Beberapa Contoh
Beberapa
pesantren di negeri kita boleh dibilang lumayan berhasil melahirkan santri yang
lumayan bisa berbahasa Arab. Katakanlah pesantren Darussalam Gontor Ponorogo,
tempat dimana banyak tokoh nasional kita saat ini pernah belajar. Tapi keberhasilannya
memang ditunjang dengan kebehasilan menciptakan komunitas berbahasa arab. Sebab
semua santri tinggal di lingkungan pondok sehari 24 jam selama minimal 6 tahun.
Yaitu sejak mereka lulus SD hingga mau masuk perguruan tinggi. Dengan resiko hukuman
digunduli kalau ketahuan berbicara bahasa Indonesia. Contoh lain yang boleh
dibilang lumayan sukses adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab
(LIPIA), yang merupakan sebuah ma'had pengajaran bahasa Arab di bawah naungan
Universitas Islam Muhammad ibnu Suud Riyadh. LIPIA berlokasi di Jakarta, namun
hampir semua pengajarnyaorang arab atau yang pernah bertahun-tahun kuliah di
sana. Sehingga dari segi dzauq bahasa, ada kekuatan tersendiri. Setiap
hari para mahasiswa ditenggelamkan dengan komunitas orang Arab betulan, sejak
jam 7 pagi hingga jam 12 siang selama 7 tahun. Semua pelajaran disampaikan
dengan bahasa Arab, meski tidak ada lagi hukuman gundul buat pelanggarnya.
Salah satu faktor
keberhasilannya adalah karena setiap calon mahasiswa yang masuk diseleksi
terlebih dahulu dengan sangat ketat. Hanya mereka yang lulus tes tertulis dan
lisan (wawancara) dengan bahasa dan orang arab saja yang boleh kuliah disitu.
Kalau sudah berhasil diwawancarai oleh orang Arab, bukankah sebenarnya sudah
boleh dikatakan bisa berbahasa Arab? Tapi LIPIA pun sempat merasakan kegagalan
ketika membuka kelas non intensif yang hari kuliahnya hanya sore hari, itupun
hanya 2 kali seminggu. Akhirnya, program ini dinilai kurang efektif dan tidak
memenuhi target, lalu dibubarkan hingga sekarang ini.
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan
Menyimpulkan dari kisah sukses
dua contoh lembaga pendidikan di atas, kuncinya adalah:
1. Adanya komunitas berbahasa
arab yang tulen dan pekat
2. Masa pendidikan yang intensif,
rutin dan padat
3. Waktu belajar yang cukup lama
4. Kemauan keras yang tidak
pernah padam
Kunci yang
terakhir itu menjadi faktor penentu terakhir, sebab tidak sedikit mereka yang
sudah pernah masuk ke lembaga di atas, tetapi akhirnya tidak kuat di tengah
jalan, kemudian jalan di tempat, berhenti dan mogok. Kalau keinginan yang
dimiliki hanya sekedar semangat di awalnya saja, biasanya memang tidak akan
bertahan lama.
Sedangkan
kisah tidak sukses pengajaran bahasa asing di negeri kita adalah pelajaran bahasaInggris
di SMP dan SMU. Bahkan sejak SD ditambah lagi di perguruan tinggi. Kalau
dihitung-hitung, paling tidak setiap mahasiswa di negeri ini pernah belajar
bahasa Inggris paling tidak selama 10 tahun. Tapi hasilnya? Sulit menemukan
mahasiswa Indonesia yang mampu berbicara fasih dalam bahasa Inggris, bahkan
sekedar memahami atau atau membaca teks berbahasa Inggris pun masih sangat
lemah. Apalagi kalau diminta berkomunikasi langsung dengan orang yang berbahasa
Inggris.
Daftar
Pustaka
http://google.com
http://indrayogi.multiply.com/reviews/item/173
Musfiroh, Zakiyatul. 2006. Pembelajaran
Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah se- Kecamatan Singosari Malang. Skripsi.
Jurusan Sastra Arab FS UM. Pembimbing (1) Dr. Nurul Murtadho, M. Pd., (2) Drs.
Muhaiban
0 komentar:
Posting Komentar