Sabtu, 24 Maret 2012

Aspek Pembelajaran Menurut Ki Hajar Dewantara

Pada ksempatan kali ini penulis mungkin akan menjelaskan beberapa aspek pembelajaran yang dikemukakan oleh seorang pendidik yang murni berasal dari Indonesia. Namun sebelum Penulis menjelaskannya alangkah lebih baiknya kita mengenal dulu biografi Ki Hajar Dewantara.


" Nama : Raden Mas Soewardi Soeryaningrat ( Ki Hajar Dewantara), TTL : Yogyakarta, 2 Mei 1889, Wafat : Yogyakarta, 28 April 1959, Riwayat Pendidikan : Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit, Riwayat Hidup : Bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politikKemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka "


Setelah penulis mempelajari beberapa pemikiran yang dikemukakan oleh beliau, ternyata penulis juga sependapat dengan beliau bahawa pendidikan tidak hanya menekankan pada aspek intelektual atau daya cipta ( Kognitif ), akan tetapi daya karsa dan rasa juga mesti dikembangkan. Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia hanya menekankan pada aspek intelektual saja, tanpa memperhatikan aspek – aspek yang lain, sehingga dampaknya, manusia lebih individualis dan kurang humanis. Diantaranya yaitu manusia kurang memperhatikan lagi sifat kekeluargaanya, tolong menolong, dan rasa keterikatannya antara yang satu dengan yang lain. Manusia hanya memikirkan dirinya sendiri atau lebih jelasnya hanya mementingkan kebutuhannya sendiri tanpa memperdulikan orang lain.

Oleh karena itu daya Karsa ( Konatif ) dan Rasa ( Apektif ) itu mesti dikembangkan lagi. agar manusia tidak hanya cerdas dari segi intelktualnya saja, diharapkan dengan mengembangkan kedua aspek tersebut manusia bisa cerdas dari segi Sosial dan Spiritualnya. Yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah manusia memiliki akal sedang makhluk lain tidak memiliki akal, oleh karena itu disinilh manusia memiliki derajat yang paling tinggi di sisi Allah SWT dengan makhluk yang lainnya. Dengan diberikannya akal pada manusia terciptalah Kebudayaan. Kata ki hajar dewantara “Manusia akan benar-benar menjadi manusia kalau ia hidup dalam budayanya sendiri “. Dengan demikian meskipun kebudayaan manusia berbeda itu tidak menjadikan masalah ketika manusia bisa memahami apa makna dari kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu pengembangan budaya dalam pendidikan juga harus diperhatikan untuk mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan di antara manusia dengan memahami apa yang terkandung dari makna kebudayan itu sendiri. dengan mengubah namanya, Ki Hajar Dewantara ingin menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara. Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan layaknya seorang pemuka agama yang berusaha terus menerus mensiarkan nilai – nilai keagamaan untuk membuat masyarakat menjadi lebih baik yang memiliki akhlak mulia sesuai tuntunan rasulullah SAW.

Guru adalah seorang pendidik dimana tidak hanya menjadi seorang fasilitator namun harus memiliki kepribadian yang baik yang sesuai dengan norma – norma yang berlaku. Dalam islam tokoh yang memiliki kepribadian yang luhur ialah Rasulullah SAW. Pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai mengubah guru “dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria” sebenarnya sangat sesuai dengan keteladanan Rasullulah SAW. Setelah Penulis Kaji Lebih jauh pemikiran ki hajar dewantara sebenranya konsepnya itu sangat mirip sekali dengan konsep yang di ajarkan dalam agama islam, islam mengajarkan manusia bukan hanya cerdas dari intelektualnya saja, akan tetapi mesti cerdas juga di dalam menahan hawa nafsu. Contohnya hawa nafsu untuk memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan orang lain. Konsep pendidik / guru sebenarnya tidak jauh berbeda dengan orangtua, orangtua adalah seorang pendidik di dalam keluarganya masing – masing dimana orang tua juga mesti mengajarkan kepada anak – anaknya untuk menjadi sesosok manusia yang berakhlakul karimah seperti yng tertera dalam hadits berikut “Tidak ada pemberian orang tua terhadap anaknya yang lebih mulia dari (mendidiknya) supaya berakhlak mulia (Di riwayatkan oleh Imam Tirmizi di dalam kitab Sunannya pada kitab al birru wa shshilah: 337/4-338).

Jadi menurut saya aspek spiritual dalam pembelajaran itu sangat utama dibantingkan aspek – aspek yang lainnya islam mengutus Rasulullah SAW yaitu untuk menyempurnakan akhlak manusia seperti yang dikemukakan dalam hadits berikut Sesungguhnya aku (Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang lain dengan lafadz untuk memperbaiki akhlak)”. Pemikiran Ki Hajar dewantara tentang guru spiritual yang berjiwa kesatria sangat luar biasa dimana seorang pendidik itu sebenarnya bukan hanya mengajarkan kepada anak didiknya supaya menjadi sesosok manusia yang cerdas intelektualnya akan tetapi bagimana caranya pendidik itu membuat peserta didiknya cerdas dari segi khlak maupun intelektual karena menrut penulis juga percuma ketika manusia hanya cerdas dari intelektualnya saja tanpa memperhatikan kecerdasan spiritualnya, contohnya para pemimpin Negara, memang para pemimpin tersebut adalah sesosok manusia yang cerdas dari segi intelektualnya sampai –sampai sekolah juga mungkin sampai ke luar negri tapi belia tidak memperhatikan kecerdasan spiritualnya yang mengakibatkan terjadinya korupsi dan lain sebagainya. Padahal mereka tidak hanya akan hidup di dunia namun mereka juga pasti akan merasakan kehidupan akhirat kelak dan akan menerima pertanggung jawabanya seperti di kemukakan dalam hadits berikut “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan kalian akan di tanyai mengenai tanggung jawab kalian masing-masing terhadap apa yang di pimpinnya, seorang Imam adalah pemimpin dan akan di tanyai tentang kepemimpinannya dan seorang isteri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia akan di tanyai tentang kepemimpinannya....”. (Kitab Shahih Bukhari kitab tentang Jum’at (853), Shahih Muslim al Imaarah (1829), Tirmidzi kitab Jihad (1705), Abu Daud al kharraaj, al imaarah, dan al Fai’, Ahmad (2/121)

Pemikiran ki hajar Dewantara Tentang Pembelajaran dalam pendidikan hampir Sama Dengan islam Dimana Dalam Islam Juga menitik beratkan pada Akhlak, dalam Islam Pendidikan dalam pengertian bahasa (lughawy) adalah berasal dari kata kerja: rababa, dan kata rabb adalah sebutan bagi tuan, raja atau yang di patuhi dan perbaikan dan kata tarbiyah: pendidikan terambil dari arti yang ketiga yaitu: perbaikan. Defenisi tarbiyah (pendidikan) menurut ishtilah adalah: membina atau menciptakan insan muslim yang berakhlak baik dan sempurna dari segala aspek yang berbeda-beda, baik dari aspek kesehatan, akal, akidah, ruh keyakinan dan manajemen. Makna yang sebenarnya dari pendidikan atau tarbiyah ialah menyerupai cara kerja seorang petani yang berusaha menghilangkan duri dan mengeluarkan tumbuhan-tumbuhan liar yang terdapat di antara tanaman-tanamannya agar tanaman tersebut bisa tumbuh dengan sempurna dan memberikan hasil yang baik

Kecerdasan Spiritual merupakan keceradasan yang menitik beratkan pada akhlak, dimana seorang pendidik bagaimana caranya supaya memberii contoh kepada anak didiknya berprilaku yang baik dalam kesehariannya serta bagaimana menjadi seroang yang cerdas menurut pandangan agama. Guru yang seperti itu pada zaman sekarang sangat jarang ditemukan. Seringkali penulis menemukan guru yang hanya bisa menyampaikan isi dari materi pembelajaran tanpa menerapkannya di dalam keseharian guru / pendidik tersebut. Bahkan ada seorang pendidik yang mengajarkan pendidikan agama kepada peserta didiknya sedangkan guru tersebut malah melakukan perbuatan yang sangat buruk kepada peserta didiknya, seperti mencabulinya dan sebagainya. Perbuatan tersebut sangat memalukan dan merendahkan martabat dari seorang pendidik / Guru.

Untuk Itu penulis mengajak kepada pendidik / Guru dalam menyampaikan materi pembelajarannya, sebelum guru tersebut belum dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari alangkah lebih baik jangan sampai materi tersebut diberikan kepada siswa / Peserta Didik. Diharapkan dengan membaca materi ini pendidik berinstropeksi diri di dalam berperan menjadi seorang tokoh yang sangat disegani di masyarakat untuk tidak melakukan hal yang negatif yang dapat menjatuhkan martabat dari serorang pendidik atau guru.

0 komentar:

Posting Komentar

If U have Site U Can Earn
Top pay per click payments. Make money from your website.
dollarsincome.com
Make Money Online
$0.00 Start. Start in 5 mins. $3K per week. Make money from your website.
dollarsincome.com
U Have Website We have Cash
If you have website put our banner on it, make money for each visitor
dollarsincome.com
Make Money when you Sleep
$0 invest - earn $80.00 daily.Online income system that works.
dollarsincome.com
Buy Facebook Fans, Free Fan Exchange, Earn Money Online

Site Search